Senin, 23 November 2009

GIZI DAN PERMASALAHANYA PADA ANAK SD

Nama :Eliza Dwi Apriani
Nim :0902897
Jurusan :Pedagogik FIP UPI/PGSD
Kelas :1-c

GIZI DAN PERMASALAHANYA PADA ANAK SD

Makanan sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup seperti manusia terutama bagi anak SD karena itu sangat dibutuhkan agar pertumbuhan fisik maupun mental anak berlangsung optimal contohnya makanan 4 sehat 5 sempurna ditambah dengan susu. Agar gizi yang diberikan pada anak SD seimbang, maka perlu diketahui perkembangan apa yang amat menonjol pada anak SD dan itu adalah perkembangan fisik dan motorik. Disini akan dibahas mengenai factor apa yang berpengaruh dalam perkembangan fisik pada anak terutama anak SD.

PERKEMBANGAN MOTORIK

Bila dilihat dan dibandingkan perkembangan motorik anak SD pada masa sebelumnya dan sekarang dirasa menjadi lebih lentur dan terkoordinasi. Saat anak menduduki kelas 1 atau 2 SD control gerk motorik kasar pada umumnya masih lebih baik dibanding kontrol motorik halusnya. Hal ini dapat terlihat saat anak diminta untuk menulis huruf sambung atau menulis halus, tampak masih belum sempurna. Sementara itu pada kelas - kelas yang lebih tinggi kontrol gerak motorik kasar menjadi lebih sempurna dan control gerak motorik halusnyapun menjadi lebih baik. Sebagai contoh dapat dilihat dari bentuk tulisan pada huruf sambung sudah lebih baik. Dari sini kita dapat melihat bahwa fase perkembangan motorik pada kelas 1 atau 2 SD atau kelas rendah berbeda dengan kelas yang lebih tinggi dan hal ini disebabkan oleh pola fakir anak tersebut. Pada kelas yang lebih tinggi anak sudah bias berfikir lebih dewasa dalam arti sudah bias membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik sedangkan pada kelas rendah mereka masih perlu bimbingan untuk bias membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Maka dari itu kita selaku calon guru harus bias mendidik anak didiknya seoptimal mungkin sesusi dengan karakter anak didik.

FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PERKEMBANGAN FISIK
Faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik pada anak SD diantaranya adalah bawaan atau genetic. Faktor tersebu sangat besar pengaruhnya tergadap perkembangan anak karena itu menyangkut orang tua atau keluarga dan factor itu sangat sulit untuk dipisahkan atau diminimalisir dari kehidupan anak karena itu adalah turunan dari orang tua atau keluarga dan keluarga adlah tempat pertama kali anak belajar bersosialisasi dengan kehidupan sekitar. Oleh keluargalah anak diajarkan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Dari sinilah kita dapat menyimpulkan bahwa factor genetic memiliki peranan penting dalam perkembangan fisik anak.

PERKEMBANGAN FISIK PADA ANAK SD

Selain pengaruh genetic faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik anak adalah lingkungan. Lingkungan juga memiliki peranan dalam perkembangan fisik anak karena dimana kita tinggal maka secara otomatis anak akan mencari tahu tentang lingkungan sekitar dan dia akan mencari teman untuk bergaul. Contohnya jika di lingkunga sekitar banyak anak dewasa maka dia akan terbawa dewasa oleh orang tersebut. Santrock (1999) mengatakan bahwa pada masa usia SD pertumbuhan fisik cenderung lambat, tidak seperti pada masa kanak-kanak bahkan pada masa remaja.

KESIMPULAN

Kesimpulannya adalah perkembangan fisik pada anak SD dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya makanan,lingkungan, dan factor genetic atau bawaan. Faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan anak terutama perkembangan motorik baik motorik halus maupun motorik kasar dan dapat mempengaruhiperkembangan fisik.Maka dari itu sudah seharusnya orangtua memperhatikan perkembangan anaknya dari hari ke hari agar perkembangan anaknya baik.

GURU SD MASA DEPAN YANG PROFESIONAL

Guru SD Masa Depan yang Profesional

Oleh :

Marliah Ulfah

0902895

Pada tulisan ini akan dikemukakan bahwa masalah mendidik masalah setiap orang, karena setiap orang sejak dahulu hingga sekarang, berusaha mendidik ana-anaknya dan anak-anak lain yang diserahkan untuk mendidik. Tiap orang boleh dikatakan selalu belajar danjuga dalam arti tertentu mengajar pasien-pasiennya tentang cara penjagaan kesehatan, dan sebagainya.

Kenyatannya bahwa belajr dan mengajar adalah masalah setiap orang, maka perlu dan penting menjelaskan dan merumuskan bagaimana untuk menjadi pendidik yang profosional supaya kita dapat menempuhnya dan lebibbh efisien dan seefektif mungkin

Profesionalisme Guru

Sebelum menguraikan mengenai guru yang profesional, kita harus tahu terlebih dahulu pengertian dari guru, pengertian dan ciri profesi khususnya profesi kita sebagai guru. Dalam kamus besar bahasa indonesia (1999) guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Tapi sesederhana itukah arti guru? Kata guru dalan bahasa inggris teacher dan dalam bahasa arab disebut mu’alim itu memang memiliki arti yang sederhana yakni a person whose occupation is teaching others (mc.leod, 1989) yang artinya guru ialah seseorang yang peklerjaannyamengajar orang lain. Pengetian seperti itu masih bersipat umum dan sederhana. Oleh karena itu dalam UUSPN thun 1989 bab VII pasal 27 ayat 3 guru yang dimaksud disini adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya adalah mengajar. Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan guru memiliki posisi setral (pusat), posisi tersebut baik dari kepentingan pendidikan nasional; maupun tugas fungsionalnya guru dituntut untuk menjalakannya secara profesionsal. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan guru profesional yaitu : Profesi, profesional itu sendiri, profesionalisme, profesionalisasi dan profesionalitas.

Menurut Piet A Suhertian, Profesi adalah pernyataan pengabdian pada suatu pekerjaan atau jabatan dimana pekerjaan atau jabatan tersebut menuntut suatu keahlian, tanggung jawab, dan kesetian terhadap profesi yang dijalani.

Profesional menunjukan penampilan seseorang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya. Profesionalisasi yaitu proses menjadikan seseorang menjadi profesional melalui pendidikan. Profesionalisme menunjukkan derajat penampilan seseorang sebagai profesional yang menyangkut sikap, komitmen, dan kode etik. Sedangkan yang berkaitan dengan keprofesian disebut profesionalitas (Dedi Supriadi, 1999 : 94-95).

Menurut Dedi Supriadi ciri-ciri pokok profesi ialah :

Ø Pekerjaan tersebut mempunyai fungsi dan signifikansi sosial karena diperlukan untuk mengabdi pada masyarakat

Ø Profesi menuntut keterampialan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan yang lama dan intensif serta dapat dipertanggung jawabkan

Ø Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu

Ø Adanya kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggota beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik

Ø Sebagai konsekuensi dari layanan yang dierikan terhadap masyuarakat maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok memperoleh imbalan finansial atau material.

Guru rofesional

Dalam masyarakat yang semakin majuproses pendidikan menuntut suatu interaksi antar pendidik dan peserta didik secara profesional, hal ini dapat dilakukan oleh guru profesionalyaitu guru yang memiliki karakteristik profesiobnalisme. Karakteristilk tersebut yaitu memiliki keahlian, tanggung jawab dan etika profesi yang kuat maka dari itu ia harus telah memiliki kualifikasi yang memadai yaitu : Kompetensi atau intelektual, sosial, spiritual, pribadi dan moral menurut Mohammad Surya, 2003

Maka ada lima hal myang harus diraih guru agar menjadi guru yang profesional yaitu :

Ø Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses bel;ajarnya

Ø Guru menguasai secara mendalam mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya

Ø Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi mulai dari pengamatan dalam perilaku sampai tes hasil belajar

Ø Guru mampu berfikir sistemmatis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya

Ø Guru seyogyanya merupakan bsagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya

Dengan uraian mengenai guru profesional diatas, maka guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada dilingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.

Daftar Pustaka

Hendri Mulyana,Edi. Dosen UPI. Tasikmalaya : 2008

Kamis, 19 November 2009

SEKOLAH DASAR, PENTINGKAH??

SEKOLAH DASAR, PENTINGKAH??

Oleh

Dea Lathifah

(0902926)

PGSD-C

Di zaman globalisasi ini, kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat, karenanya persaingan di dunia pendidikan pun semakin ketat, begitupun pendidikan untuk anak – anak usia antara 6-12 tahun, yaitu pendidikan di Sekolah Dasar. Sudah banyak sekali Sekolah Dasar yang didirikan, gunanya tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan untuk anak –anaknya. Namun kebanyakan Sekolah Dasar memiliki system pembelajaran yang berbeda – beda. Oleh karena itu, setiap orang tua harus pandai memilah – milih sekolah mana yang pantas untuk pendidikan anak – anaknya, walaupun pada dasarnya setiap Sekolah Dasar memiliki tujuan yang baik untuk siswanya. Menurut Gagne (1985) dalam Ratna Wilis Dahar (1989:11) “Belajar adalah suatu proses dimana suatu organism berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman.” Pendapat tersebut menyatakan bahwa seseorang bisa belajar kapanpun dan dimanapun dia berada, karena belajar itu adalah proses, perubahan, prilaku juga pengalaman.

· Karakteristik Siswa SD

Masa usia anak – anak SD adalah masa kanak – kanak akhir yang berlangsung kira – kira usia 6-12 tahun. Karakteristik utama siswa SD adalah mereka menampilkan perbedaan – perbedaan dalam banyak bidang dan seni, diantaranya perbedaan kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.

Menurut Thonbarg (1984) “Anak SD merupakan individu yang berkembang. Setiap anak SD sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental yang menuju arah yang lebih baik.” Pendapat diatas menyatakan bahwa setiap anak sedang berjalan ke arah yang lebih baik itu.

Menurut Piaget yang dikemukakan oleh dosen Psikologi Pendidikan – Ilfiandra (2009) “Ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual siswa, yaitu : kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), pengalaman logika matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission) dan proses keseimbangan (equalibirium) atau proses pengaturan sendiri (self regulation).” Sesuai dengan yang dikatakan Piaget, seorang anak akan lebih cepat maju apabila semua aspek tersebut berjalan dengan seimbang.

Identifikasi tahapan perkembangan intelektual anak menurut Piaget yang dikemukakan oleh dosen Psikologi Pendidikan – Ilfiandra (2009) yaitu :

o Tahapan Sensorik : usia 0-2 tahun

o Tahapan Operasional : usia 2-6 tahun

o Tahapan Operasional Kongkrit : usia 6-11/12 tahun

o Tahapan Operasional Formal : usia 11/12 tahun keatas

Berdasarkan uraian diatas, siswa Sd berada pada tahapan operasional kongkrit. Pada tahapan ini anak mengembangkan pemikiran logis dan masih terkait pada fakta – fakta perceptual, maksudnya anak dapat berpikir logis, tetapi masih pada objek – objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.

· Proses pembelajaran

Pembentukan kemampuan siswa di sekolah sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya. Oleh karena itu, agar siswa memiliki kemampuan yang diharapkan, proses belajar mengajar harus dikendalikan oleh guru yang berdasarkan kurikulum yang berlaku.

Agar proses belajar mengajar itu efektif, guru harus memahami bahwa tugas dan peranannya dalam mengajar harus sebagai pembimbing, fasilitator dan narasumber/pemberi informasi. Karena hal tersebut akan terasa menyenangkan untuk guru itu sendiri maupun siswanya.

Menurut joni (1992/1993:1.23) “Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian.” Berdasarkan pendapat tersebut, sebagai guru harusnya selalu melakukan pendekatan terlebih dahulu pada apa yang hendak diajarkan/diberikan, maksudnya adalah sebaiknya seorang guru merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan hubungan antar komponen mbelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Ernest R. Hilgard (1948:2.4)

“Learning is the process by which an activity originates or is change though training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factor not atrisutable to training.”

“Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan karena adanya dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif.”

Pendapat diatas menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi pada pengetahuan, sikap dan keterampilan. Namun terkadang ketiganya tidak berjalan dengan seimbang, selalu ada yang mendominasi. Seorang anak akan berhasil melakukan perubahan kerena dia banyak berlatih bukan hanya mengandalkan bakat.

· Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

Faktor dari dalam diri orang tersebut (factor intern), yang mempengaruhinya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian dan lain – lain.

Faktor dari luar diri orang tersebut (factor ekstern), yang mempengaruhinya diantaranya : lingkungan fisik maupun nonfisik, seperti suasana kelas dalam belajar, lingkungan rumah, teman sekolah, bahkan seorang guru pun bisa menjadi faktor yang sangat mempengaruhi siswanya.

Proses belajar yang baik adalah adalah proses belajar yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan mencari sendiri untuk diolah menjadi konsep dan prinsip.

Menurut Symonds (1955:203) “Hadiah yang paling ampuh untuk kelas belajar adalah penerimaan guru tentang apa yang dilakukan murid dan cara dia melakukannya.” Pendapat diatas menjelaskan bahwa guru tidak harus memarahi siswanya karena cara penyelesaian suatu masalah dia berbeda. Karena perbedaan membuat seseorang ada. Seorang anak, terlebih lagi untuk anak SD akan merasa senang ketika hal yang dia kerjakan mendapat apresiasi dari orang lain.

Prinsip pembelajaran yang diberikan kepada anak harus disesuaikan denagn kondisi anak. Oleh karena itu, konsep pembelajaran tersebut sebaiknya diteliti dahulu untuk menyesuaikan dengan keadaan anak.

Referensi :

Anitah W, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Romala, Agus. 2007. “Karakteristik Anak SD”. [online]. Tersedia: http://www.google.com . [16 Oktober 2009]

Henry Clay, Lindgren. 1914. Education Psychology in the Classroom. Inc: John Wiley & Sons.

BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BERKUALITAS DAN DIKAGUMI OLEH SISWA?

Nama : Desi Sukmawati

NIM : 0902819

Jurusan/Prodi : PGSD

Kelas : 1C

BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BERKUALITAS DAN DIKAGUMI OLEH SISWA?

Oleh Desi Sukmawati (0902819)

Menjadi guru, mungkin bukanlah cita-cita utama bagi sebagian orang yang sudah menjadi guru. Pernyataan tersebut saya dapatkan dari ayah saya yang telah menjadi guru, serta cerita guru-guru saya di sekolah dulu. Selain itu, mahasiswa yang kuliah di jurusan pendidikan pun tidak semuanya yang benar-benar bercita-cita menjadi guru. Seperti yang saya tanyakan kepada teman-teman, bahwa sebagian dari mereka cita-citanya bukan menjadi guru, ada yang bercita-cita menjadi dokter, perawat dll. Profesi guru dilakukan karena beberapa alasan, diantaranya adalah pilihan pekerjaan yang terbatas, sehingga susah untuk mencari kerja, selain itu juga karena biaya kuliah yang begitu besar apabila mengambil jurusan yang mereka cita-citakan seperti kedokteran ataupun keperawatan.

Namun, apabila kita akan menjadi guru, kita harus mencoba menjadi seorang guru yang baik dan andal. Karena menjadi guru bukanlah hal yang mudah, tidak hanya pintar menguasai materi tetapi juga pintar menyampaikan materi yang dapat diserap dengan mudah oleh murid-muridnya. Apalagi guru SD, guru SD mempunyai tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan guru-guru yang mengajar di SMP maupun di SMA. Seorang guru SD harus memahami semua mata pelajaran, karena guru SD bisa dikatakan sebagai guru kelas. Selain itu anak-anak SD adalah masanya bermain, jadi guru SD harus betul-betul memahami psikologi anak agar dapat melayani anak yang mempunyai berbagai macam karakteristik.

Seorang guru senantiasa dicitrakan sebagai guru yang baik, santun dan cerdas. Dengan pencitraan guru yang melekat pada pandangan masyarakat, maka sekali saja guru melakukan kekeliruan akan dianggap blunder alias kesalahan besar yang akan berdampak pada dirinya dan masyarakat.

Melalui media, kita banyak melihat berita tentang penyimpangan-penyimpangan di dunia pendidikan khususnya penyimpangan yang dilakukan oleh guru. Misalnya, membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal UN, bahkan kekerasan yang dilakukan di sekolah, seperti guru yang memukul siswanya dan yang lebih parahnya lagi, ada guru yang tega mencabuli siswanya sendiri.

Semua orang adalah guru, senbagai contoh yang digugu dan ditiru terutama anak-anak yang sering meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Sebagai contoh anak-anak yang selalu meniru apa yang mereka lihat dari tokoh-tokoh atau artis-artis di televisi, seperti dalam film-film kartun maupun adegan di dalam playstation. Tidak jarang adegan-adegan yang ditiru oleh anak-anak adalah adegan yang negatif seperti adegan pukulan, smackdown, selain itu ada anak yang nekad bunuh diri dan bahkan ada anak SD yang tega membunuh ibu tirinya sendiri.

Kita sebagai calon guru, dari sekarang harus membiasakan berprilaku dan berpenampilan yang baik dan sopan yang patut dicontoh oleh siswanya, seperti jangan dibiasakan makan dan minum sambil berjalan atau berdiri. Seorang gurupun harus bersikap ramah dan murah senyum.

Sekolah merupakan salah satu wadah dalam menciptakan bibit-bibit penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia. Sehingga agar dapat menciptakan penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia, diperlukan guru-guru yang berkualitas, professional dan mempunyai visi yang bagus untuk perkembangan sumber daya manusia yang akan datang.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasinal, “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.

Peserta didik adalah manusia yang bisa dididik karena mereka mempunyai potensi dan bakat-bakat yang perlu dikembangkan.

Menurut Tirtarahadja (2000) dalam Uyoh Sadullah (2007:110) anak sebagai manusia yang sedang berkembang menuju kearah kedewasaan memiliki 4 karakteristik, yaitu:

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk yang unik.

Setiap orang pasti mempunyai potensi masing-masing yang satu dan yang lainnya berbeda-beda. Ada yang memiliki potensi di bidang akademik, olahraga maupun seni. Dan potensi-potensi tersebut harus dikembangkan.

b. Individu yang sedang berkembang

Sejak lahir, manusia selalu mengalami perkembangan. Seorang pendidik harus mengetahui perkembangan anak. Karena perkembangan antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lainnya itu berbeda tergantung kepada pengaruh lingkungannya.

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi

Di dalam mengembangkan potensinya, peserta didik membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orang lain disekitarnya, khususnya bagi para pendidik. Tugas pendidik disini adalah memberikan pengarahan dan motivasi sejak dini pada peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya, karena banyak anak yang sudah besar tapi tidak mengetahui potensi yang dimilkinya akibatnya mereka tidak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri

Tugas pendidik adalah memberikan bantuan kepada peserta didik tapi pendidik tidak boleh memaksakan keinginannya, pendidik harus memberikan kebebasan kepada anak karena anak mempunyai hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadapnya dirinya sendiri.

Lalu, bagaimana menjadi guru yang berkualitas dan dikagumi oleh siswa?

Guru disebut juga dengan pendidik.

Menurut UU No. 14 tahun 2005, pasal1, butir1 tentang guru dosen, ”Yang disebut guru professional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.

Pendidik adalah orang dengan sengaja mempengaruhi oranglain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi dengan cara mengajar, membimbing dan mengarahkan peserta didik.

Menurut Sulung Nofrianto (2008:40), agar menjadi guru yang berkualitas dan dikagumi oleh siswa, seorang guru harus mempunyai:

1. Aspek kecerdasan spiritual

2. Aspek keceerdasan emosi

3. Aspek kecerdasan intelektual

4. Aspek kecerdasan sosial

1. Aspek kecerdasan spiritual

Guru hendaknya memberikan pendidikan dan pelajaran dengan adanya nilai spiritual. Sebelum mengajarkan nilai spiritual kepada siswanya, seorang guru harus terlebih dahulu menanamkan spiritual kepada dirinya sendiri.

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (2000) dalam Sulung Nofrianto (2008:25) “di dalam otak manusia terdapat satu bagian dalam bekerja saat bagian tersebut tersentuh oleh situasi dan suasana yang bersifat spiritual, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhannya”. Untuk menggambarkan kecerdasan spititual, berikut saya kutipkan tulisan mereka dalam sebuah buku:

“Berbeda dengan IQ, yang bahkan komputer pun memilikinya, dan EQ, yang terdapat pada mamalia yang cukup maju, SQ benar-benar manusiawi dan paling mendasar dibandingkan dengan kecerdasan lain. Kecerdasan ini terkait dengan kebutuhan manusia dengan makna, suatu perkara yang termasuk prioritas utama di benak orang… SQ adalah sesuatu yang kita pakai untuk mengembangkan kemampuan dan kerinduan kita akan makna, visi dan nilai. Kecerdasan ini memungkinkan kita untuk bermimpi dan berjuang. Dia mendasari hal-hal yang kita percayai, dan peran dimainkan oleh kepercayaan maupun nilai-nilai dalam tindakan yang kita ambil. Intinya, dialah yang membuat kita menjadi benar-benar manusiawi”.

Seperti yang diterangkan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall diatas, bahwa SQ benar-benar khas manusiawi. Tetapi menurut saya, hewan pun mempunyai kecerdasan spiritual bahkan semua makhluk hidup pun memilikinya. Karena pada dasarnya semua makhluk hidup ciptaan Allah selalu bertasbih kepada Allah, namun kita tidak mengetahui bagaimana cara makhluk lain bertasbih kepada Allah.

Contoh pendidikan dengan nilai spiritual, misalnya, di sekolah sebelum memulai pelajaran, siswa harus dibiasakan untuk membaca Al-Qur’an.

Teringat waktu saya SMA dulu, di sekolah diadakan acara rutin muhasabah diri sebulan sekali dan I’tikaf setahun sekali yang dilaksanakan di masjid. Acara tersebut diisi dengan kegiatan training motivasi, sholat tahajud, bermuhasabah diri, kultum subuh, kultum dhuha, permainan atau kuis-kuis tentang agama dll.

Kegiatan tersebut merupakan contoh pendidikan spiritual yang diterapkan di sekolah.

Seorang guru harus menerapkan pendidikan spirituial dimana pun ia berada dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, ikhlas dan menasehati kebaikan.

2. Aspek kecerdasan emosi

Menurut Nofrianto (2008:42),”kecerdasan emosi adalah pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri sosial, empati dan kemapuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik terhadap orang lain”.

Salah satu sikap kecerdasan emosi yaitu sikap sabar.

Menurut Dedi Supriadi (1998:48) atau Syaiful Bahri Djamarah (2000), “guru yang galak atau kurang sabar biasanya memiliki masalah di luar kelas, baik itu masalah ekonomi, keluarga, maupun masalah-masalah lainnya. Lantas secara tidak sadar, mereka menumpahkan kesalahannya dengan bersikap galak di kelas”.

Seorang guru harus sabar dan dapat menahan marah ketika mengajarkan siswanya. Karena setiap siswa mempunyai karakter dan kemampuan menerima pelajaran yang berbeda-beda. Apalagi guru SD, seorang guru SD harus mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi. Mengingat di SD mengajar anak-anak kecil yang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Apabila seorang anak sering dimarahi oleh gurunya, maka akan mempengaruhi terhadap psikologis atau kejiwaan anak.

3. Aspek kecerdasan intelektual

Menurut Alfred Binet (1906) dalam Sulung Nofrianto (2008:17), “kecerdasan intelektual merupakan kemampuan untuk berpikir krisis, meganalisa, menghubungkan sebab akibat, berpikir secara abstrak, dan memahami sesuatu”.

Kecerdasan intelektual memiliki kemampuan dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan serta mengetahui berita-berita terbaru. Agar dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, sesuatu yang sudah didapat dan dipahami harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Stuart Crainer (2000:207), “Era informasi amat mementingkan pekerjaan intelektual. Ada kesadaran yang terus tumbuh bahwa merekrut, mempertahankan, dan menumbuhkan orang-orang yang berbakat adalah hal yang amat penting dan menentukan bagi daya saing”.

Kecerdasan intelektual harus dimiliki oleh setiap guru, Karena tugas guru adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswanya. Akan tetapi, kecerdasan intelektual saja tidak cukup, seorang guru harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi dengan baik kepada siswanya. Agar siswa dapat memahami dengan mudah apa yang disampaikan oleh guru.

Contohnya saja waktu saya SMA, ada seorang guru yang kurang dalam menyampaikan materi kepada siswanya, padahal saya yakin beliau mempunyai kecerdasan intelektual yang baik. Karena beliau kurang bisa menyampaikan materi kepada siswanya, akibatnya beliau lebih sering memberikan tugas dan PR kepada siswanya dibandingkan dengan menerangkan dan menyampaikan materi kepada siswanya di depan kelas. Karena beliau pikir ini merupakan cara agar siswa dapat memahami materi pelajarannya sendiri.

4. Aspek kecerdasan sosial

Pada dasarnya kecerdasan sosial sama halnya denga kecerdasan emosi.

Menurut Quantum Learning, emosi positif adalah emosi yang membuat seseorang berada dalam keadaan nyaman, senang, dan leluasa.

Seorang guru harus mengerti keadaan setiap siswanya dan harus menciptakan keadaan kelas yang nyaman agar siswa merasa senang dalam menerima pelajaran.

Seperti yang diterangkan dalam Accelerated Learning Handbook, disebutkan bahwa membuat suasana belajar dalam keadaan gembira atau menyenangkan, bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal.

Jadi pada intinya, yang terpenting adalah menciptakan suasana yang nyaman dan dapat membuat suatu kegiatan atau aktivitas di kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan agar anak dapat fokus terhadap apa yang diajarkan oleh gurunya.

Apalagi jika sebagai guru SD, anak-anak SD cenderung lebih cepat bosan berada di kelas dan biasanya mereka membuat aktivitas sendiri. Sehingga guru harus bisa meleburkan suasana dan membuat siswanya lebih senang berada di dalam kelas.

Menurut saya, selain aspek-aspek tersebut dimiliki oleh seorang guru, seorang guru pun harus mempunyai skill penunjang. Misalnya, guru yang pandai bercerita, berakting, melukis, dan menyanyi sehingga dapat menarik hati para siswanya.

Seperti contoh, ketika saya SMA, ada seorang guru yang saya senangi dan kagumi. Beliau guru bahasa Indonesia. Mengapa saya bisa kagum terhadap guru tersebut?

Alasannya karena beliau merupakan sosok guru yang berbeda dengan guru lainnya dan beliau pun mempunyai kelebihan dibandingkan dengan guru-guru lainnya. Sebelum mengajar, beliau memberikan pertanyaan yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas, bahkan dengan sebuah tebak-tebakan. Menurut saya beliau melakukannya agar siswa terlebih dahulu mempelajari sendiri pelajaran yang akan dibahas. Dan ketika mengajar tidak jarang beliau memberikan cerita atau dongeng kepada siswanya, beliau juga sering memberikan pantun yang bisa membuat murid tertawa. Hal tersebut dapat membuat saya senang dan lebih fun dalam belajar, tetapi tetap fokus terhadap apa yang diajarkan oleh beliau. Karena apa yang beliau lakukan seperti berdongeng ataupun berpantun merupakan cara beliau agar siswa senang dan tidak membosankan dalam proses KBM. Akibatnya, setiap ulangan harian, ulangan umum maupun ujian, hasilnya cukup bagus dan memuaskan.

Apalagi sebagai guru SD, anak SD lebih senang apabila diberi dongeng oleh gurunya, karena pada dasarnya, seorang anak dapat cepat bosan dan tidak bisa diam di dalam kelas.

Bagi anda sebagai calon guru, harus mempersiapkannya dari sekarang. Karena tidak mudah menjadi seorang guru. Dan bagi yang sudah menjadi guru dapat menjalankannya secara bertahap, mulai dari yang paling mudah, agar apa yang dijalani terasa mudah dan tidak merasa kalau perbuatan tersebut menjadi beban.

REFERENSI:

Nofrianto, Sulung. 2008. The Gold Teacher. Depok: Lingkar Pena

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz media

Uyoh Sadulloh, Bambang Robandi, Agus Muharam. 2007. Pedagogik. Bumi Siliwangi: Cipta Utama

PENTINGNYA MOTIVASI BAGI SISWA

Nama : Dini Octavia

NIM :0902809

Jurusan : Pedagogik/PGSD(1-C)

PENTINGNYA MOTIVASI BAGI SISWA

Oleh: Dini Octavia (0902809)

Menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Dalam hal ini pendidikan sangat penting untuk kehidupan manusia, agar menjadi seseorang yang dapat memberi manfaat dalam lingkungannya, pendidikan diterapkan diberbagai lingkungan, salah satunya di sekolah,dimana seorang guru berperan sebagai orang tua pengganti bagi anak didiknya yang mempunyai kewajiban bukan hanya memberi materi tentang kurikulum yang ada, tetapi juga harus mengajarkan sikap moral yang baik, apalagi bagi anak-anak tingkat dasar, yang pada dasarnya mereka belum mengetahui jati diri mereka masing-masing, maka dari itu peran guru sangatlah penting dalam proses pendidikan sekolah dasar agar anak dapat bersikap baik terhadap lingkungan sekitarnya, dengan melihat situasi dan kondisi setiap peserta didiknya, karena sikap anak itu berbeda-beda, ada sikap yang hadir secara alamiah ada juga yang disebabkan oleh faktor tertentu. Seorang guru haruslah berupaya secara optimal dalam memberikan motivasi terhadap peserta didiknya melalui berbagai cara, saperti memotivasi anak dalam belajar dengan menerapkan sistem pembelajaran yang menyenangkan, pendekatan kepada anak dengan memberi dorongan. Berbagai cara untuk memotivasi anak dalam belajar dan mengembangkan potensi diri mereka, tinggal bagaimana seorang guru dapat menerapkannya dengan baik.

Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilakukan secara formal yang dalam pelaksanaannya terbatas oleh waktu, materi dan tempat. Guru merupakan sarana pendidikan yang menyalurkan seluruh ilmunya dengan penuh tanggung jawab dan rasa ikhlas dalam mendidik, menjadi seorang guru dalam pengertian pendidik secara utuh memang tidak mudah. Banyak sosok yang berstatus sebagai guru namun sedikit diantara mereka yang berjiwa tangguh dan memiliki mental sebagai seorang guru. Masalahnya mungkin nilai komersil seorang guru jelas tidak mungkin dipadankan dengan seorang pengusaha. Guru yang benar-benar memiliki jiwa pendidik, walau terasa berat karena memikul tanggung jawab dan mendapatkan penghasilan yang tidak besar, namun mereka akan selalu berusaha untuk memintarkan anak-anak didiknya.

Menurut Gagne (1977) dalam Cece Rahmat, Nandang Budiman, Nenden Ineu Herawati (2006:49), “belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.

Dalam suatu pembelajaran disekolah seorang guru harus memiliki sikap yang baik dihadapan murid-muridnya, apalagi bagi siswa sekolah dasar, biasanya mereka memandang seorang guru sebagai model sikap yang mereka kembangkan, karena seorang siswa itu akan selalu ingat apa yang dikatakan oleh gurunya. Jika seorang guru berkata A maka siswa akan mengikuti apa yang guru katakan. Seorang guru juga harus bersikap adil terhadap muridnya, apalagi siswa sekolah dasar itu sangat sensitif, jika seorang guru hanya memperhatikan murid yang berprestasi saja, itu akan terjadi kecemburuan sosial terhadap siswa yang lain, karena mereka merasa tidak diakui keberadaannya, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan tingkat kemauan siswa untuk belajar akan menurun dan siswa akan tidak peduli terhadap sekolah. Jadi guru harus memberikan motivasi terhadap siswanya, selain itu guru harus mengerti tentang anak didiknya.

Dalam mengungkapkan ciri-ciri anak didik, Edi Suardi (1984) mengemukakan 3 ciri anak didik, yakni:

a. Kelemahan dan ketidakberdayaan

Seorang anak dilahirkan dalam keadaan yang tidk berdaya. Memerlukan tahapan-tahapan untuk dapat bergerak, berbeda dengan binatang yang begitu lahir langsung dapat berdiri. Kelemahan yang dimiliki anak mencangkup kelemahan jasmaniah dan rohaniah. Seperti tidak tahan dengan gangguan cuaca, panas atau dingin untuk kelemahan jasmaniah, sedangkan kelemahan rohaniah contohnya anak belum bisa membedakan hal yang berbahaya dengan hal yang menyenangkan. Kelemahan dan ketidakberdayaan ini akan berubah menjadi kekuatan dan keberdayaan dengan dibantu oleh pendidik dalam proses pendidikan. Dalam proses ini diperlukan dorongan dari pendidik bahwa anak mampu berubah.

b. Anak didik adalah makhluk yang ingin berkembang

Kelemahan dan ketidakberdayaan adalah alas an ingin berkembang untuk mengetahui dan menemukan hal-hal yang diperlukan. Keinginan berkembang mendorong anak untuk giat, inilah yang menyebabkan adanya pendidikan. Tanpa adanya keinginan berkembang pada anak, akan menjadi tidak ada kemauan, tidak giat, bahkan mungkin anak akan menjadi malas. Sebagai contoh, suatu ketika anak-anak suka sekali membaca petualangan, banyak berkelakar dengan teman-teman mereka, sering bermain, ini semua contoh bahwa mereka berada dalam suatu tahap berkembang.

c. Anak didik yang ingin menjadi diri sendiri

Anak didik memiliki keinginan untuk menjadi diri sendiri. Hal ini sangat penting baginya untuk dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang harus menjadi dirinya sendiri, karena kalau tidak dia akan menjadi manusia yang penurut, manusia massa, yang tidak memiliki pribadi.

Suatu pendidikan yang tidak memperhatikan anak yang ingin menjadi diri sendiri adalah pendidikan yang bersifat otoriter, ini akan mematikan pribadi anak yang sedang tumbuh, akan mengakibatkan anak didik kehilangan kepribadiannya. Hal ini harus dihindarkan. Justru seorang pendidik harus memberi dorongan agar anak didik tetap semangat.

Timbulnya pertanyaan penting atau tidaknya suatu penghargaan/hadiah untuk memotivasi anak melakukan sesuatu. Jika seorang anak tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya, cepat bosan, dan memiliki sikap negatif, mungkin diperlukan adanya sikap guru dalam meningkatkan minat siswa untuk memperbaiki motivasinya, salah satunya dengan memberikan penghargaan terhadap siswa. Akan tetapi, jika seorang siswa memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal, dia akan tekun menghadapinya dan melakukannya tanpa mengharapkan penghargaan/hadiah. Dengan demikian motivasi juga berkaitan dengan minat seseorang,sikap guru dalam membangun motivasi sangat diperlukan.

Pauline S. Sears dan Ernest R. Hilgard (1964) telah mengemukakan bahwa masalah-masalah motivasi dalam kelas berhubungan dengan masalah kepribadian. Jadi dalam hal ini seorang guru perlu memperhatikan tentang pribadi anak didiknya, karena kepribadian itu berpengaruh terhadap cara belajar anak. Ada pribadi yang semangat dalam belajar, ada yang biasa-biasa saja, ada juga yang kurang bersemangat, inilah yang perlu kita berikan dorongan secara optimal. Dalam pemberian motivasi itu ada yang bersifat positif contohnya seperti pujian, dorongan, penghargaan. Ada pula motivasi yang bersifat negatif seperti hukuman, namun hukuman disini harus yang mendidik, contohnya: jika seorang siswa tidak mengerjakan tugas berikan dia hukuman dengan memberi tugas mencatat kalimat yang positif, “aku akan rajin belajar” sebanyak satu halaman, itu dapat melatih anak untuk menulis, selain itu juga anak akan termotivasi secara tidak langsung.

Menurut Hilgard dan Bower (1975), “jika prilaku sering dilatih atau digunakan maka eksistensi prilaku tersebut akan semakin kuat. Sebaliknya jika prilaku tadi sering dilatih atau tidak digunakan maka akan terlupakan atau sekurang-kurangnya akan menurun”.

Seorang guru harus sabar dalam menghadapi anak didiknya, harus memberikan sikap yang baik. Sikap seorang guru dalam memotivasi anak didiknya bisa berupa pujian, dorongan, semangat, hadiah, contohnya: ketika seorang siswa yang memiliki sifat negatif melakukan suatu hal yang baik, seorang guru harus memberi nilai terhadap sikapnya itu, berupa pujian. Selain itu, agar dalam pembelajaran siswa bersemangat, guru harus memiliki trik-trik tersendiri, sebagai contoh yaitu dengan memberikan hadiah atau penghargaan terhadap siswa bisa menjawab dengan benar ketika seorang guru melontarkan sebuah pertanyaan tentang materi, memberi point khusus bisa berupa bintang yang dibuat sendiri, atau berupa cap di buku catatan siswa. Dengan hal-hal yang seperti itu dapat menimbulkan motivasi bagi siswa.

Dalam pembelajaranpun seorang guru tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, karena biasanya kata-kata atau kalimat yang dikeluarkan guru akan teringat dalam memori anak, contohnya ketika anak tidak mengerjakan tugas jangan memarahinya dengan kata-kata seperti bodoh, males, nakal, dan sebagainya, selain itu jika dalam pembelajaran seoarang guru memberikan contoh kalimat “Budi mencuri sepeda”, yang akan ada dimemori anak kata mencuri, seharusnya seorang guru memberi contoh kalimat ”Budi rajin belajar”, dengan ini siswa akan berpikir dan teringat dengan kalimat itu, dan mungkin saja mereka akan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Siswa cenderung memandang gurunya sebagai acuan atau model yang memotivasi mereka dalam melakukan suatu hal, jadi seorang guru harus menampilkan sikap yang baik dalam kehidupannya.

REFERENSI:

Uyoh Sadulloh, Bambang Robandi, Agus Muharam. 2007. Pedagogik. Bumi Siliwangi: Cipta Utama

Cece Rakhmat, Nandang Budiman, Nenden Ineu Herawati. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Upi Press