Nama : Desi Sukmawati
NIM : 0902819
Jurusan/Prodi : PGSD
Kelas : 1C
BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BERKUALITAS DAN DIKAGUMI OLEH SISWA?
Oleh Desi Sukmawati (0902819)
Menjadi guru, mungkin bukanlah cita-cita utama bagi sebagian orang yang sudah menjadi guru. Pernyataan tersebut saya dapatkan dari ayah saya yang telah menjadi guru, serta cerita guru-guru saya di sekolah dulu. Selain itu, mahasiswa yang kuliah di jurusan pendidikan pun tidak semuanya yang benar-benar bercita-cita menjadi guru. Seperti yang saya tanyakan kepada teman-teman, bahwa sebagian dari mereka cita-citanya bukan menjadi guru, ada yang bercita-cita menjadi dokter, perawat dll. Profesi guru dilakukan karena beberapa alasan, diantaranya adalah pilihan pekerjaan yang terbatas, sehingga susah untuk mencari kerja, selain itu juga karena biaya kuliah yang begitu besar apabila mengambil jurusan yang mereka cita-citakan seperti kedokteran ataupun keperawatan.
Namun, apabila kita akan menjadi guru, kita harus mencoba menjadi seorang guru yang baik dan andal. Karena menjadi guru bukanlah hal yang mudah, tidak hanya pintar menguasai materi tetapi juga pintar menyampaikan materi yang dapat diserap dengan mudah oleh murid-muridnya. Apalagi guru SD, guru SD mempunyai tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan guru-guru yang mengajar di SMP maupun di SMA. Seorang guru SD harus memahami semua mata pelajaran, karena guru SD bisa dikatakan sebagai guru kelas. Selain itu anak-anak SD adalah masanya bermain, jadi guru SD harus betul-betul memahami psikologi anak agar dapat melayani anak yang mempunyai berbagai macam karakteristik.
Seorang guru senantiasa dicitrakan sebagai guru yang baik, santun dan cerdas. Dengan pencitraan guru yang melekat pada pandangan masyarakat, maka sekali saja guru melakukan kekeliruan akan dianggap blunder alias kesalahan besar yang akan berdampak pada dirinya dan masyarakat.
Melalui media, kita banyak melihat berita tentang penyimpangan-penyimpangan di dunia pendidikan khususnya penyimpangan yang dilakukan oleh guru. Misalnya, membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal UN, bahkan kekerasan yang dilakukan di sekolah, seperti guru yang memukul siswanya dan yang lebih parahnya lagi, ada guru yang tega mencabuli siswanya sendiri.
Semua orang adalah guru, senbagai contoh yang digugu dan ditiru terutama anak-anak yang sering meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Sebagai contoh anak-anak yang selalu meniru apa yang mereka lihat dari tokoh-tokoh atau artis-artis di televisi, seperti dalam film-film kartun maupun adegan di dalam playstation. Tidak jarang adegan-adegan yang ditiru oleh anak-anak adalah adegan yang negatif seperti adegan pukulan, smackdown, selain itu ada anak yang nekad bunuh diri dan bahkan ada anak SD yang tega membunuh ibu tirinya sendiri.
Kita sebagai calon guru, dari sekarang harus membiasakan berprilaku dan berpenampilan yang baik dan sopan yang patut dicontoh oleh siswanya, seperti jangan dibiasakan makan dan minum sambil berjalan atau berdiri. Seorang gurupun harus bersikap ramah dan murah senyum.
Sekolah merupakan salah satu wadah dalam menciptakan bibit-bibit penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia. Sehingga agar dapat menciptakan penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia, diperlukan guru-guru yang berkualitas, professional dan mempunyai visi yang bagus untuk perkembangan sumber daya manusia yang akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasinal, “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.
Peserta didik adalah manusia yang bisa dididik karena mereka mempunyai potensi dan bakat-bakat yang perlu dikembangkan.
Menurut Tirtarahadja (2000) dalam Uyoh Sadullah (2007:110) anak sebagai manusia yang sedang berkembang menuju kearah kedewasaan memiliki 4 karakteristik, yaitu:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk yang unik.
Setiap orang pasti mempunyai potensi masing-masing yang satu dan yang lainnya berbeda-beda. Ada yang memiliki potensi di bidang akademik, olahraga maupun seni. Dan potensi-potensi tersebut harus dikembangkan.
b. Individu yang sedang berkembang
Sejak lahir, manusia selalu mengalami perkembangan. Seorang pendidik harus mengetahui perkembangan anak. Karena perkembangan antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lainnya itu berbeda tergantung kepada pengaruh lingkungannya.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
Di dalam mengembangkan potensinya, peserta didik membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orang lain disekitarnya, khususnya bagi para pendidik. Tugas pendidik disini adalah memberikan pengarahan dan motivasi sejak dini pada peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya, karena banyak anak yang sudah besar tapi tidak mengetahui potensi yang dimilkinya akibatnya mereka tidak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Tugas pendidik adalah memberikan bantuan kepada peserta didik tapi pendidik tidak boleh memaksakan keinginannya, pendidik harus memberikan kebebasan kepada anak karena anak mempunyai hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadapnya dirinya sendiri.
Lalu, bagaimana menjadi guru yang berkualitas dan dikagumi oleh siswa?
Guru disebut juga dengan pendidik.
Menurut UU No. 14 tahun 2005, pasal1, butir1 tentang guru dosen, ”Yang disebut guru professional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Pendidik adalah orang dengan sengaja mempengaruhi oranglain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi dengan cara mengajar, membimbing dan mengarahkan peserta didik.
Menurut Sulung Nofrianto (2008:40), agar menjadi guru yang berkualitas dan dikagumi oleh siswa, seorang guru harus mempunyai:
1. Aspek kecerdasan spiritual
2. Aspek keceerdasan emosi
3. Aspek kecerdasan intelektual
4. Aspek kecerdasan sosial
1. Aspek kecerdasan spiritual
Guru hendaknya memberikan pendidikan dan pelajaran dengan adanya nilai spiritual. Sebelum mengajarkan nilai spiritual kepada siswanya, seorang guru harus terlebih dahulu menanamkan spiritual kepada dirinya sendiri.
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (2000) dalam Sulung Nofrianto (2008:25) “di dalam otak manusia terdapat satu bagian dalam bekerja saat bagian tersebut tersentuh oleh situasi dan suasana yang bersifat spiritual, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhannya”. Untuk menggambarkan kecerdasan spititual, berikut saya kutipkan tulisan mereka dalam sebuah buku:
“Berbeda dengan IQ, yang bahkan komputer pun memilikinya, dan EQ, yang terdapat pada mamalia yang cukup maju, SQ benar-benar manusiawi dan paling mendasar dibandingkan dengan kecerdasan lain. Kecerdasan ini terkait dengan kebutuhan manusia dengan makna, suatu perkara yang termasuk prioritas utama di benak orang… SQ adalah sesuatu yang kita pakai untuk mengembangkan kemampuan dan kerinduan kita akan makna, visi dan nilai. Kecerdasan ini memungkinkan kita untuk bermimpi dan berjuang. Dia mendasari hal-hal yang kita percayai, dan peran dimainkan oleh kepercayaan maupun nilai-nilai dalam tindakan yang kita ambil. Intinya, dialah yang membuat kita menjadi benar-benar manusiawi”.
Seperti yang diterangkan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall diatas, bahwa SQ benar-benar khas manusiawi. Tetapi menurut saya, hewan pun mempunyai kecerdasan spiritual bahkan semua makhluk hidup pun memilikinya. Karena pada dasarnya semua makhluk hidup ciptaan Allah selalu bertasbih kepada Allah, namun kita tidak mengetahui bagaimana cara makhluk lain bertasbih kepada Allah.
Contoh pendidikan dengan nilai spiritual, misalnya, di sekolah sebelum memulai pelajaran, siswa harus dibiasakan untuk membaca Al-Qur’an.
Teringat waktu saya SMA dulu, di sekolah diadakan acara rutin muhasabah diri sebulan sekali dan I’tikaf setahun sekali yang dilaksanakan di masjid. Acara tersebut diisi dengan kegiatan training motivasi, sholat tahajud, bermuhasabah diri, kultum subuh, kultum dhuha, permainan atau kuis-kuis tentang agama dll.
Kegiatan tersebut merupakan contoh pendidikan spiritual yang diterapkan di sekolah.
Seorang guru harus menerapkan pendidikan spirituial dimana pun ia berada dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, ikhlas dan menasehati kebaikan.
2. Aspek kecerdasan emosi
Menurut Nofrianto (2008:42),”kecerdasan emosi adalah pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri sosial, empati dan kemapuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik terhadap orang lain”.
Salah satu sikap kecerdasan emosi yaitu sikap sabar.
Menurut Dedi Supriadi (1998:48) atau Syaiful Bahri Djamarah (2000), “guru yang galak atau kurang sabar biasanya memiliki masalah di luar kelas, baik itu masalah ekonomi, keluarga, maupun masalah-masalah lainnya. Lantas secara tidak sadar, mereka menumpahkan kesalahannya dengan bersikap galak di kelas”.
Seorang guru harus sabar dan dapat menahan marah ketika mengajarkan siswanya. Karena setiap siswa mempunyai karakter dan kemampuan menerima pelajaran yang berbeda-beda. Apalagi guru SD, seorang guru SD harus mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi. Mengingat di SD mengajar anak-anak kecil yang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Apabila seorang anak sering dimarahi oleh gurunya, maka akan mempengaruhi terhadap psikologis atau kejiwaan anak.
3. Aspek kecerdasan intelektual
Menurut Alfred Binet (1906) dalam Sulung Nofrianto (2008:17), “kecerdasan intelektual merupakan kemampuan untuk berpikir krisis, meganalisa, menghubungkan sebab akibat, berpikir secara abstrak, dan memahami sesuatu”.
Kecerdasan intelektual memiliki kemampuan dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan serta mengetahui berita-berita terbaru. Agar dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, sesuatu yang sudah didapat dan dipahami harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Stuart Crainer (2000:207), “Era informasi amat mementingkan pekerjaan intelektual. Ada kesadaran yang terus tumbuh bahwa merekrut, mempertahankan, dan menumbuhkan orang-orang yang berbakat adalah hal yang amat penting dan menentukan bagi daya saing”.
Kecerdasan intelektual harus dimiliki oleh setiap guru, Karena tugas guru adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswanya. Akan tetapi, kecerdasan intelektual saja tidak cukup, seorang guru harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi dengan baik kepada siswanya. Agar siswa dapat memahami dengan mudah apa yang disampaikan oleh guru.
Contohnya saja waktu saya SMA, ada seorang guru yang kurang dalam menyampaikan materi kepada siswanya, padahal saya yakin beliau mempunyai kecerdasan intelektual yang baik. Karena beliau kurang bisa menyampaikan materi kepada siswanya, akibatnya beliau lebih sering memberikan tugas dan PR kepada siswanya dibandingkan dengan menerangkan dan menyampaikan materi kepada siswanya di depan kelas. Karena beliau pikir ini merupakan cara agar siswa dapat memahami materi pelajarannya sendiri.
4. Aspek kecerdasan sosial
Pada dasarnya kecerdasan sosial sama halnya denga kecerdasan emosi.
Menurut Quantum Learning, emosi positif adalah emosi yang membuat seseorang berada dalam keadaan nyaman, senang, dan leluasa.
Seorang guru harus mengerti keadaan setiap siswanya dan harus menciptakan keadaan kelas yang nyaman agar siswa merasa senang dalam menerima pelajaran.
Seperti yang diterangkan dalam Accelerated Learning Handbook, disebutkan bahwa membuat suasana belajar dalam keadaan gembira atau menyenangkan, bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal.
Jadi pada intinya, yang terpenting adalah menciptakan suasana yang nyaman dan dapat membuat suatu kegiatan atau aktivitas di kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan agar anak dapat fokus terhadap apa yang diajarkan oleh gurunya.
Apalagi jika sebagai guru SD, anak-anak SD cenderung lebih cepat bosan berada di kelas dan biasanya mereka membuat aktivitas sendiri. Sehingga guru harus bisa meleburkan suasana dan membuat siswanya lebih senang berada di dalam kelas.
Menurut saya, selain aspek-aspek tersebut dimiliki oleh seorang guru, seorang guru pun harus mempunyai skill penunjang. Misalnya, guru yang pandai bercerita, berakting, melukis, dan menyanyi sehingga dapat menarik hati para siswanya.
Seperti contoh, ketika saya SMA, ada seorang guru yang saya senangi dan kagumi. Beliau guru bahasa Indonesia. Mengapa saya bisa kagum terhadap guru tersebut?
Alasannya karena beliau merupakan sosok guru yang berbeda dengan guru lainnya dan beliau pun mempunyai kelebihan dibandingkan dengan guru-guru lainnya. Sebelum mengajar, beliau memberikan pertanyaan yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas, bahkan dengan sebuah tebak-tebakan. Menurut saya beliau melakukannya agar siswa terlebih dahulu mempelajari sendiri pelajaran yang akan dibahas. Dan ketika mengajar tidak jarang beliau memberikan cerita atau dongeng kepada siswanya, beliau juga sering memberikan pantun yang bisa membuat murid tertawa. Hal tersebut dapat membuat saya senang dan lebih fun dalam belajar, tetapi tetap fokus terhadap apa yang diajarkan oleh beliau. Karena apa yang beliau lakukan seperti berdongeng ataupun berpantun merupakan cara beliau agar siswa senang dan tidak membosankan dalam proses KBM. Akibatnya, setiap ulangan harian, ulangan umum maupun ujian, hasilnya cukup bagus dan memuaskan.
Apalagi sebagai guru SD, anak SD lebih senang apabila diberi dongeng oleh gurunya, karena pada dasarnya, seorang anak dapat cepat bosan dan tidak bisa diam di dalam kelas.
Bagi anda sebagai calon guru, harus mempersiapkannya dari sekarang. Karena tidak mudah menjadi seorang guru. Dan bagi yang sudah menjadi guru dapat menjalankannya secara bertahap, mulai dari yang paling mudah, agar apa yang dijalani terasa mudah dan tidak merasa kalau perbuatan tersebut menjadi beban.
REFERENSI:
Nofrianto, Sulung. 2008. The Gold Teacher. Depok: Lingkar Pena
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz media
Uyoh Sadulloh, Bambang Robandi, Agus Muharam. 2007. Pedagogik. Bumi Siliwangi: Cipta Utama