Selasa, 17 November 2009

FOBIA SEKOLAH

FOBIA SEKOLAH

Oleh

Intan Maylani

0902931

Apakah Fobia Sekolah itu?

Tidak sedikit orang tua yang merasa bingung sekaligus khawatir ketika anak menghadapi perubahan sikap secara tiba-tiba, tidak mau sekolah. Anak biasanya memberikan alasan-alasan agar mereka tidak perlu ke sekolah, mulai dari keluhan-keluhan fisik seperti sakit perut, sakit kepala, sakit gigi dan masih banyak lagi alasan yang dikemukakan anak-anak yang mungkin tidak masuk akal. Hal tersebutlah yang dinamakan dengan fobia sekolah. Fobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau pun hilang keyika “masa keberangkatan” sudah lewat, atau hari minggu/libur. Sewaktu-waktu, fobia sekolah ini bias dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat ia mulai bersekolah di sekolah barunya atau ketika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.

Ciri-ciri Fobia Sekolah

Ada beberapa ciri yang dapat dijadikan sebagai kriteria bahwa seorang anak mengalami fobia sekolah. Diantaranya anak menolak berangkat ke sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari keluhan fisik seperti sakit kaki, sakit perut, sampai keluhan-keluhan lain dengan tujuan tidak perlu berangkat sekolah, bahkan anak tidak masuk selama beberapa hari. Selain itu, anak bersedia dating ke sekolah tetapi tidak lama kemudian minta pulang, bahkan ada anak yang datang ke sekolah dengan menangis, tidak mau berpisah dengan mama/papa atupun pengasuhnya. Ada juga anak yang menjerit-jerit di kelas dan menantang terhadap gurunya.

Biasanya lama waktu berlangsungnya fobia sekolah ini tergantung pada penanganan yang dilakukan oleh orang tua. Makin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah, maka makin lama pula masalah ini dapat terselesaikan.

Tingkatan dalam Fobia Sekolah

Dalam kasus penolakan terhadap sekolah ini terdapat beberapa tingkatan, mulai dari yang ringan hingga berat yang disebut dengan fobia, yaitu:

1.Initial school refusal behavior adalah sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat yang berakhir tanpa harus ada penanganan.

2. Substantial school refusal behavior adalah sikap penolakan yang berlangsung selama minimal 2 minggu.

3. Acute school refusal behavior adalah sikap penolakan yang berlangsung 2 minggu hingga 1 tahun, dan selama itu anak mengalami masalah setiap kali hendak berangkat sekolah.

4. Chronic school refusal behavior adalah sikap penolakan yang berlangsung lebih dari satu tahun, bahkan selama anak tersebut sekolah di tempat itu.

Faktor Penyebab

Ada beberapa faktor penyebab yang seringkali membuat anak enggan untuk bersekolah. Diharapkan kepada orang tua agar berhati-hati dan bijaksana dalam menyikapi sikap enggan bersekolah anak tersebut. Berhati-hatilah dalam mendiagnosa secara subyektif, yang hanya didasarkan pada pendapat pribadi sendiri atau keluhan anak semata. Konsultasi terhadap guru di sekolah, diskusi dengan sesama orang tua murid, diskusi dengan anak kemudian memeriksakan anak ke dokter sesuai dengan keluhannya, hingga introspeksi diri adalah metode yang tepat untuk mendapatkan gambaran tentang penyebab dari fobia sekolah anak. Berikut adalah beberapa penyebab fobia sekolah:

1. Separation Anxiety

Pada umumnya dialami oleh anak-anak yang berusia balita (18-24 bulan). Kecemasan ini sebenarnya adalah fenomena normal. Anak yang lebih besar pun tidak luput dari separation anxiety. Separation anxiety ini biasanya dialami oleh anak-anak yang berasal dari keluarga harmonis. Bagi mereka, sekolah berarti meninggalkan rumah untuk jangka waktu yang lama. Mereka tidak hanya rindu orang tua, bahkan mereka merasa cemas dan tidak mampu dalam mengahadapi tantangan dan pengalaman baru yang dijumpai di luar rumah. Tanpa orang tua sadari, mereka sering mencemaskan orang tuanya. Mereka sering berimajinasi bahwa orang tuanya diculik atu diserang monster sementara mereka tidak berada di dekat orang tuanya. Namun sejalan dengan perkembangan dengan kognisi anak, ketakutan dan kecemasan anak yang bersifat irrasional akan berkurang dengan sendirinya karena anak mulai berpikir logis dan nyata.

Peneliti berpendapat bahwa anak yang mempunyai rasa percaya diri rendah, berpotensi menjdi anak yang memiliki kecenderungan mudah cemas. Pola asuh orang tua yang terlalu overprotective terhadap anak juga dapat menimbulkan ketergantungan , kurangnya rasa percaya diri dan kekhawatiran yang berlebihan.

2. Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan

Mungkin saja anak menolak ke sekolah karena dirinya merasa kesal atau takut bahkan malu setelah mendapat cemoohan atau ejekan dari teman-temannya. Atau perilaku gurunya yang pilih kasih, galak juga dapat menyebabkan anak enggan berangkat sekolah. Para ahli mengatakan, masalah-masalah yang dinilai sepele tersebut dapat menimbulkan stress dan kecemasan yamng membuat anak menjadi resah, tegang dan mulai merengek tidak mau sekolah.

3. Problem Dalam Keluarga

Penolakan terhadap sekolah bisa juga disebakan oleh problem keluarga. Misalnya anak sering mendengar orang tuanya bertengkar. Anak merasa bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orang tuanya. Anak takut terjadi sesuatu dengan keluarganya ketika ia tidak di rumah. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi belajar anak.

Penanganan

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua dalam manangani anak yang tidak mau sekolah atau anak yang mengalami fobia sekolah, diantaranya tetap menekankan pentingnya bersekolah. Para ahli pendidikan dan psikologi berpendapat bahwa terapi terbaik untuk anak yang mengalami fobia sekolah adalah dengan mengharuskannya untuk tetap bersekolah, karena rasa takut harus diatasi dengan manghadapinya secara langsung. Cara yang kedua adalah berusaha untuk tegas dan konsisiten dalam bereaksi terhadap keluhan, rengekan atau pun rayuan anak yang tidak mau sekolah. Selain itu konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter. Jika orang tua tidak yakin akan kesehatan anak, segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan kepastian tentang kesehatan anak. Bekerja sama dengan guru kelas atau asisten lain di sekolah juga dapat dijadikan penanganan terhadap fobia sekolah anak. Tidak hanya bekerjasama dengan guru kelas, meluangkan waktu untuk berdiskusi atau berbicara dengan anak sangat baik dalam mengurangi fobia sekolah anak, karena dengan berdiskusi orang tua dapat mengetahui masalah yang sedang dihadapi anak yang menjadi penyebab fobia sekolah anak. Kemudian lepaskan anak secara bertahap. Namun, jika anak tidak dapat mengatasi fobianya dalam jangka waktu yang lama, segera konsultasikan kepada psikolog/konselor.

Jadi sebenarnya masalah anak tidak mau berangkat sekolah itu bukanlah masalah serius. Namun, jika dibiarkn berlarut-larut maka dapat menjadi masalah yang benar-benar serius.

REFERENSI

F.Rini, Jacinta.2007.”Fobia Sekolah[Online]Tersedia:http://psiko-indonesia.blogspot.com/2007/01/fobia-sekolah.html.[26 Oktober 2009]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar