Selasa, 17 November 2009

MENDISIPLINKAN ANAK USIA SD OLEH PARA ORANG TUA

Mendisiplinkan Anak Usia SD Oleh Para Orang Tua

Oleh : Merisa Merdiana Putri (0902906)

Menurut Fitriana Y Lubis (2009.1), disiplin adalah mengajarkan anak bagaimana berinteraksi dengan dunia kita, budaya kita dan berinteraksi dengan para anggotanya. Hal ini merupakan kolaborasi antara orang tua dan anak kita sendiri.

Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”, yaitu seseorang yang dengan sukarela mengikuti seorang pemimpin. Jadi, disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak melalui prilaku moral yang disetujui kelompok.

Orang tua mengajarkan kedisiplinan sebaiknya dimulai sejak anak baru lahir. Agar anak-anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan menjadi anak yang bertingkah laku seperti yang di harapkan orang tua. Para orang tua seringkali kebingungan untuk membiasakan anak-anaknya berdisiplin, sehingga para orang tua menyerahkan pada guru-guru di Sekolah. Padahal orang tua dapat menerapkan disiplin pada anak-anaknya, oleh karena itu orang tua harus banyak-banyak belajar tentang karakter dan sikap anak-anaknya agar mereka mampu untuk berdisiplin.

Menurut Fitriani Y Lubis (2009.2), tujuan disiplin adalah membentuk prilaku sedemikian rupa sehingga prilaku tersebut akan sesuai dengan peran-peran yang di tetapkan kelompok budaya, tempat individu di identifikasikan.

Langkah-langkah mendisiplinkan anak usia SD

Para orang tua harus mengerti apa tujuan berdisiplin. Orang tua sebagai pemimpin anak-anaknya haruslah dapat membimbing anak-anak agar mampu berdisiplin. Membentuk prilaku sebagai bentuk disiplin, haruslah kesadaran dari anak. Kita sebagai orang tua haruslah mampu membangun kesadaran disiplin dan bertanggung jawab, Karena pada dasarnya disiplin erat dengan tanggung jawab.

Proses tanggung jawab menurut Eyre (1982) dalam mendisiplinkan anak usia SD oleh para orang tua. Oleh Ahmad MK ( 2009.2) :

1. Tanggung jawab sebagai bentuk dari kepatuhan

2. Tanggung jawab sebagai bentuk dari moral

3. Tanggung jawab sebagai bentuk dari disiplin

4. Tanggung jawab sebagai bentuk dari pelayanan

Sebetulnya disiplin dapat dibentuk pada umur 8-10 tahun. Namun, tahap-tahap di atas berurutan dari anak usia balita sampai dewasa. Setelah dewasa mereka akan diandalkan untuk melakukan suatu tugas tertentu.

Sebelum orang tua menerapkan disiplin, mereka seharusnya mengetahui apa saja prinsip mendisiplinkan anak.

Prinsip mendisiplinkan anak yaitu :

1. Setiap anak berbeda

2. Harapan orang tua menentukan penampilan dari anak

3. Contoh adalah guru yang terbaik

4. Konsistensi merupakan hal yang penting

5. Anak belajar dari kejadian sebenarnya

6. Harga diri adalah penguat yang tetap bagi sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri

Orang tua memahami bahwa setiap anak berbeda-beda sifat antara kakak dan adiknya. Harapan orang tua haruslah mengharapkan anaknya menjadi anak yang penurut. Orang tua harus memberi contoh yang baik pada anak-anaknya, bila orang tua mengatakan kepada anaknya tentang hukuman haruslah konsisten pada anak tersebut. Dari sinilah anak akan belajar dari kejadian yang sebenarnya. Terakhir, harga diri orang tua yang akan menjadi penguat kedisiplinan mereka.

Pada dasarnya menerapkan disiplin anak pada usia 6-8 tahun haruslah efektif. Disinilah konsistensi sangat diperlukan, tentunya berkaitan dengan aturan yang kita terapkan.

Sedangkan anak usia 9-12 tahun cocok untuk di beri hukuman agar anak dapat mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat. Anak pada usia ini seperti kelompok usia lainnya, dapat didisiplinkan dengan konsekuensi. Sejalan dengan keinginan mereka untuk lebih mandiri dan bertanggungjawab, mengajarkan mereka untuk menerima konsekuensi dari tingkah laku mereka merupakan cara yang paling tepat untuk mendisiplinkan mereka.

Suatu hal yang wajar apabila kita sebagai orang tua berusaha membantu melepaskan anaknya dari kesulitan. Namun untuk jangka panjang, justru orang tua membantu anaknya jika membiarkan anak mengalami kesulitan, karena anak akan belajar sesuatu dan tidak akan melakukan kesalahan itu lagi. Namun jika anak tidak bisa melihat konsekuensi yang terjadi pada tindakan mereka, maka kita perlu menciptakan suatu konsekuensi tertentu yang dapat membantu mengubah tingkah laku yang kurang efektif.

Referensi

Eyre, Linda & Eyre, Richard (1982). Teaching Children Responsibility. New York. Ballantine Books ed.

Hurlock, Elizabeth. (1978). Child Development.

1 komentar:

  1. Dapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Bermain Poker Online di www,SmsQQ,com

    Keunggulan dari smsqq adalah
    *Permainan 100% Fair Player vs Player - Terbukti!!!
    *Proses Depo dan WD hanya 1-3 Menit Jika Bank Tidak Gangguan
    *Minimal Deposit Hanya Rp 10.000
    *Bonus Setiap Hari Dibagikan
    *Bonus Turn Over 0,3% + 0,2%
    *Bonus referral 10% + 10%
    *Dilayani Customer Service yang Ramah dan Sopan 24 Jam NONSTOP
    *Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )

    Jenis Permainan yang Disediakan ada 8 jenis :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar 66

    Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699

    BalasHapus