Kamis, 19 November 2009

PERKEMBANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar

Oleh : Ferri Budiman

NIM : 0902889

Kelas : 1c

Pada era globalisai sekarang ini, terdapat banyak permasalah yang muncul di dunia, hal ini dapat dilihan contohnya adalah tingkat kriminalitas yang meningkat, emosi masyarakat yang tinggi, suka main hakim sendiri dan masih banyak yang lainya. Hal itu merupakan contoh kecil dari permasalahan yang menimpa bangsa kita, salah satu sebab dari ketidakberesan tadi adalah karena pendidikan yang diterima oleh masyarakat baik dari sekolah maupun dari keluarga. Hal itu sebagai akibat dari kesalahan cara mendidik anak sejak dari kecil dan juga karena pengaruh dari lingkungan dimana anak tersebut dibesarkan. Untuk mendidik anak agar kelak ketika dewasa menjadi manusia yang berakhlak baik, maka kita sebagai calon pendidik wajib untuk mengetahui perkembangan anak agar kita tidak salah dalam mendidik anak.

1. Pola Pikiran Anak Usia SD

Usia pada anak sd merupakan usia dimana seorang anak menyerap hal-hal baru dengan sangat cepat, pada rentang usia sd pola pikir seorang anak akan dengan mudahnya menangkap hal-hal baru yang diberikan oleh lingkungan dan mengingatnya seumur hidup. Pada usia sd seorang anak perlu diberikan pengetahuan yang baik dan benar, tidak hanya tentang ilmu-ilmu eksakta seperti Matematika, IPA, IPS dan lain sebagainya tapi juga perlu diperkenalkan pada ilmu-ilmu tentang sosial dan agama agar ketika dia dewasa kelak dia tidak hanya menjadi manusia yang peka terhadap materi semata tapi juga pada permasalahan dan keadaan sosial yang menimpa masyarakat lingkungan sekitar ataupun permasalahan yang menimpa bangsa dan negaranya. Hal ini perlu dilakukan sejak dini yaitu pada rentang usia sd karena seiring dengan pertambahan usianya menjadi dewasa sifat-sifat sosialnya akan terbentuk dan dia menjadi manusia yang memiliki rasa empati terhadap permasalahan sosial yang menimpa lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini harus dilakukan sedini mungkin karena apabila seorang anak telah beranjak dewasa akan sulit ditanamkan nilai-nilai yang demikian, kalaupun bisa rasa itu harus datang dari diri si anak dan tidak bisa dipaksakan.

2. Peserta Didik Menurut Tahap dan Perkembangan Umum

Perkembangan peserta didik dapat dibagi berdasarkan umur yang dicapai oleh peserta didik. Menurut (Aminuddin Rasyad, 2000 : 105) “Peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan”. Dalam hal ini yang dimaksud peserta didik/siswa adalah orang yang mencari, menerima, dan menyimpan apa yang disampaikan oleh pendidik. Seorang peserta didik dalam menerima dan menyampaikan apa yang disampaikan oleh seorang pendidik harus sesuai dengan perkembangan umur dari peserta didik. Hal ini penting karena apabila seorang pendidik memberikan ilmu yang tidak sesuai dengan umur dari peserta didik maka peserta didik atau siswa akan kesulitan dalam mencerna apa yang disamapaikan oleh pendidik. Berikut ini adalah tahapan-tahapan peserta didik menurut umur peserta didik :

a. 0 - 7 tahun, masa kanak-kanak

masa kanak-kanak adalah masa mulai bermain, berkawan, berkomunikasi dengan dunia luar.

b. 7 – 14 tahun, masa sekolah

pada usia-usia 12 tahunan biasanya siswa memasuki masa kritis, dimana pendidik harus lebih memperhatikan dan memberi pengertian, serta bimbingan.

c. 14 – 21 tahun, masa puberitas

Masa puberitas terbagi 3 :

1) Masa pra puberitas : wanita usia 12 – 13 tahun, Laki-Laki usia 13- 14 tahun

2) Masa puberitas : wanita usia 13 – 18 tahun, Laki-laki usia 14 – 18 tahun

3) Masa Adolesen : wanita usia 18 – 21 tahun, Laki-laki usia 18 – 23 tahun

3. Permasalah Keterlambatan Perkembangan Anak

Adakalanya terjadi keterlambatan perkembangan bagi sebagian anak-anak atau masyarakat umum biasa mengenalnya dengan istilah Autis. Seorang anak yang menderita autis biasanya suka menyendiri, sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungan dan dia asik dengan dunianya sendiri. Apabila kita menemukan hal-hal seperti ini maka perlu dilakukan penanganan secara khusus, salah satu caranya yaitu menyekolahkanya ke sekolah khusus autis. Sebagai orang tua, merekapun harus ikut berperan serta apabila menemukan anaknya menderita atau mengalami gejala autis dan jangan malu atau bahkan menutup diri dan tidak mau menyekolahkan anaknya ke sekolah khusus autis. Seorang anak yang menderita autis harus ditangani secara khusus agar dia kembali normal serta mau dan mampu untuk bersosialisasi dengan masyarakat terutama teman sebayanya. Apabila seorang anak yang menderita autis tidak ditangani dengan segera maka yang akan menjadi korban adalah anak kelak ketika dia sudah dewasa dan terjun langsung ke masyarakat. Tujuan daripada menyekolahkan si anak adalah agar dia mampu terjun ke masyarakat dan mampu untuk menjadi anggota masyarakat yang mampu bersosialisasi dan mandiri.

Kemampuan peserta didik dapat dibagi menjadi 3 kelompok :

a. Peserta didik super normal

b. Peserta didik normal

c. Peserta didik sub normal

Untuk lebih rincinya lihat skema berikut ini :

- Genius IQ 140 ke atas

- Super normal Gifted IQ 130 – 140

- Superior IQ 110 – 130

- Normal IQ 90 – 110

- Derajat mental sedikit di bawah normal, Sub Normal / Berdoline IQ 70 – 90

- Debil IQ 50 – 70

- Sub normal insibil IQ 25 – 50

- Idiot IQ 20 - 25

4. Kecerdasan Anak Usia SD

Kemampuan setiap anak itu berbeda-beda, ada yang pintar, bodoh, dan ada pula yang biasa-biasa saja, guru sebagai pengganti orang tua di sekolah harus tau cara untuk menangani hal yang demikian itu. Dalam mendidik anak jangan sampai terlontar dari mulut seorang guru bahwa anak itu bodoh, karena apabila demikian maka ucapan sang guru tersebut akan terus terpatri di dalam memori si anak dan akan menyurutkan motivasinya untuk belajar, karena sang anak akan berpikir buat apa belajar karena dia merasa dirinya sendiri itu bodoh. Guru atau calon pendidik harus memahami bahwa perkembangan setiap anak itu berbeda-beda, adakalanya ketika dia masih sd dia tergolong anak yang kurang pintar/bodoh tapi ketika dia smp kemampuan dia meningkat dan selalu menjadi juara di kelas. Disini hal yang perlu didorongkan adalah kesadaran diri si anak agar si anak memiliki kesadaran untuk belajar dan menganggap belajar bukanlah merupakan suatu kewajiban baginya tapi lebih merupakan suatu kebutuhan agar menjadi bekal ketika dia sudah dewasa kelak.

Seorang guru wajib untuk mengetahui keadaan emosi seorang anak terutama anak sd, karena keadaan emosi sangat mempengaruhi berbagai hal termasuk dalam kemampuanya dalam menangkap pelajaran di sekolah. Pada dasarnya keadaan jiwa seorang anak masih sangatlah labil, keadaan emosi anak akan sangat mempengaruhi keadaan dia ketika dewasa kelak, ada orang yang ketika dewsanya sangat kejar, hal itu bisa bermula dari keadaan emosi ketika dia masih kecil. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal mulai dari masalah di rumah, sekolah, ataupun masalah dengan teman sebayanya. Seorang anak harus diajari untuk dapat menjaga dan mengontrol emosinya agar masalah yang dia alami di rumah, ataupun dengan teman tidak sampai mengganggu konsentrasi dan minatnya untuk belajar.

Dengan demikian perlu bagi seorang guru untuk dapat memahami tentang perkembangan seorang siswa agar siswatersebut dapat dididik menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan Negara.

Referensi

Tim Dosen MKDP Landasan Pendidikan.2009.Landasan Pendidikan.Bandung:UPI Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar